Nasionalisme Religius Banser dibentuk oleh sejarah panjang Bangsa Indonesia dari sebelum kemerdekaan. Hubbul wathan minal iman adalah wujud dari fungsi agama sebagai pembawa rahmat dengan satu diantara jalannya menjaga kedamaian negara. Nilai yang menjadi dasar acuan adalah nilai yang berasal dari ajaran ahlussunnah waljama’ah annahdliyah, yang diwarisi oleh Banser. Ahlussnunnah wal jama’ah sebagai dasar nilai religiusitas dan annahdliyah sebagai dasar dari nilai kebangsaan. Nasionalisme dan Religiusitas adalah dua kutub yang saling menguatkan. Nasionalisme Religius menjadi ethos Banser melalui adab, yaitu ketakdiman Banser terhadap Kiai. Barokah Kiailah yang menjadi akar dari nilai nasionalisme yang dimiliki oleh Banser. Seragam doreng mirip TNI, adalah cerminan dari jiwa santri yang nasionalis. Dasar timbulnya nasionalisme yang ada pada Banser ini sekaligus memberikan penguatan, bahwa akar nasionalisme Indonesia adalah berasal dari rakyat secara umum, khususnya kaum santri.
Ajaran tasawuf Ki Ageng Selo dipengaruhi oleh latar masyarakat jawa yang tidak bisa dilepaskan dari tradisi dan kebudayaan lokal berkearifan tinggi. Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa Ki Ageng Selo memusatkan ajarannya pada tatacara hidup mulia di tengah-tengah masyarakat jawa yang berorientasi pada kebahagian hadirnya Tuhan, Allah dalam diri manusia. Ajaran sangat kuat nuansa sufistiknya, terutama dalam asmaradana dan mijil. Kedua tembang macapat tersebut menjelaskan tentang ilmu-ilmu yang digunakan untuk mengetahui dan mendekatkan diri kepada Tuhan, yaitu ilmu syariat, ilmu tarekat, ilmu hakikat, dan ilmu makrifat. Hal ini tidak bisa lepas dari konteks karya sastra tersebut lahir. Corak tasawuf dalam Pêpali Ki Agêng Selo adalah perpaduan antara tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi, yaitu KiAgêng Selo sangat menekankan tentang perilaku manusia. Bagaimana manusia harus hidup dalam laku yang baik agar dapat memperoleh kebaikan baik jiwa maupun raga yang akan menghantarkannya kepada pengetahuan sejati tentang Tuhan.
DALAM PEPALI KI AGENG SELO
Dinamika Penghafal Al-Qur'an Bagi Mahasiswa
Buku ini sangat menarik dan dapat membantu memudahkan para penghafal al-Qur’an yang sedang berjuang menghafal al-Qur’an sambil kuliah. Buku ini mengungkap banyak dinamika yang dialami oleh para penghafal al-Qur’an yang berstatus mahasiswa aktif. Selain itu, buku ini juga menyertakan beberapa trik dan tips penting untuk memiliki hafalan yang berkualitas di tengah kesibukan menjalani aktifitas sebagai mahasiswa dan sebagai penghafal al-Qur’an.
Buku ini berisi tentang jawaban dari kegelisahan penulis terhadap salah satu hadis tentang hafalan Al-Qur'an itu mudah hilang. Pemahaman secara holistik dan komperhensif mengenai hadis tersebut ternyata bisa berdampak positif bagi kualitas hafalan. Pengalaman penulis sebagai penghafal Al-Qur'an yang dituangkan dalam karya ini, menguatkan bahwa buku ini tidak sekedar teori belaka. Ditambah lagi degan adanya teori law of attraction yang penulis aplikasikan ke dalam aspek hafalan Al-Qur'an, menjadikan buku ini sangat menarik untuk dibaca. Di samping itu, buku ini sengaja dibuat tidak terlalu tebal dengan pilihan font yang asyik dan dikemas dengan bahasa yang ringan supaya teman-teman yang tidak hobi membaca menjadi suka dan bisa menikmatinya.
Tahsin Al-Qur'an: Panduan Mengaji
Al-Qur'an dengan Kaidah Tajwid
Tradisi pengajaran al-Qur’an di Indonesia pada umumnya dilakukan secara tatap muka dalam satu ruang dan waktu yang sama antara guru dan murid atau dikenal dengan musyafahah. Meskipun saat ini telah muncul metode pengajaran talaqqi digital namun tradisi musyafahah masih kuat mengakar di masyarakat Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat historisitas turunnya al-Qur’an adalah Rasulullah SAW bertemu langsung dengan Malaikat Jibril untuk menerima wahyu, Jibril membacakan ayat dan Rasulullah mengulang-ulang bacaan tersebut di hadapan Jibril. Rasulullah yang ummy tidak hanya mendengar bunyi huruf, tetapi melihat secara langsung gerakan lisan, bunyi bacaan masing-masing lafadz dari ayat yang diwahyukan.
Al Maftuh dalam kitab Fath al Mannan menyampaikan bahwa ibadah membaca Kalamullah adalah membaca dengan sahih (benar dan tepat) huruf-huruf al-Qur’an yang disertai tajwid. Membaca dengan tajwid bukanlah membaca dengan cepat tetapi mengabaikan hak-hak huruf dan hukum bacaan, terlebih kepatan tersebut dapat menyamarkan hingga menghilangkan huruf. Hal ini dikarenakan membaca al-Qur’an dengan tajwid adalah fardu 'ain sebagaimana kesepakatan ulama. Mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardu kifayah sehingga jika sudah ada orang yang mahir ilmu tajwid kewajiban yang tidak mahir adalah musyafahah agar dapat mengetahui kaidah membaca al guran dengan benar. Dalam hal inilah diperlukan sanad al-Qur’an yang sampai kepada Rasulullah sebagai penanggung jawab atas kesahihan bacaan murid-muridnya.
Buku ini terdiri dari beberapa pembahasan diantaranya:
Makhraj dan Sifat Huruf
Hukum Bacaan
Kaidah Mad
Kaidah Washol, Wagaf, Ibtida’ dan Saktah
Garaib dalam Al-Qur'an
Booklet ini merupakan modul ajar mata kuliah tahfiz al-al-Qur'an’an. Booklet ini juga digunakan sebagai rujukan calon guru tahfiz. Memuat 6 pembahasan tentang alasan menghafal al-Qur'an, tujuan menghafal al-Qur'an, menghafal al-Qur'an dengan nyaman, tips menjaga hafalan al-Qur'an, dan bagian utama 10 metode menghafal al-Qur'an yang banyak dirujuk oleh penelitian.
Buku ini merupakan bentuk apresiasi dari kedua penulis yang sekaligus merupakan santri KH. Mufid Mas'ud terhadap amaliyah do'a Quraniyyah. Kepiawaian penulis meramu penafsiran setiap ayat doa Quraniyyah dengan analisis dimensi IQ, EQ, dan SQ menjadikan buku ini sangat menarik dan layak untuk dibaca oleh siapapun, khususnya para santri maupun alumni PP. Sunan Pandanaran Yogyakarta.
Buku ini merupakan refleksi pengalaman kehidupan sebagai warga Nahdliyyin, yang mampu mengunggah dimensi rasionalitas dan spiritualitas. Keseimbangan antara keduanya adalah keniscayaan agar kita tetap survive dan sukses dalam menjalani hidup ini. Buku ini juga merupakan refleksi fenomenologis yang mengandung berbagai inspirasi dan motivasi dalam mengarungi kehidupan.
Seminar dengan tema “Transformasi Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Kebermanfaatan Ilmu” menjadi sarana bagi pemangku kepentingan untuk berbagai informasi, pengetahuan, hasil penelitian dan gagasan dalam mewujudkan Pendidikan Islam yang membawa kebermanfa'atan ilmu untuk pembangunan masyarakat. Adanya seminar ini, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjawab berbagai tantangan permasalahan yang ada di masyarakat. Seminar Nasional Dies Natalis Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Yogyakarta, mempunyai lingkup ilmu antara lain pendidikan Islam dan industri halal, pendidikan Islam dan radikalisme, pendidikan Islam dan media, pendidikan Islam dan gender, pendidikan Islam dan filantropi, serta pendidikan Islam dan sains. Seminar tersebut telah menghasilkan prosiding yang memuat karya tulis dari berbagai hasil penelitian dan pengalaman praktis mengenai transformasi pendidikan.